Jumat, 19 April 2013

Lobster Air Tawar: Punya Peluang tapi Enggan Berkembang


Kebanyakan pelaku hanya main di bibit dan induk, enggan merambah pembesaran dengan alasan perlu lahan luas. Alhasil kebutuhan konsumsi tak tertutupi.
Nama Koplati (Koperasi Peternak Lobster Air Tawar Indonesia) sebagai wadah bergabungnya pembudidaya lobster air tawar (LAT) pernah berkibar di Jogjakarta, bersama maraknya bisnis komoditas tersebut di Kota Gudeg rentang 2006 – 2007. Tetapi kini nama itu sudah tidak terdengar lagi. Anggotanya rontok satu per satu, bahkan pengurusnya pun kini sudah tidak bermain di bisnis LAT. Keterangan ini disampaikan Eko Triyono, seseorang yang masih eksis sebagai pembudidaya dan pengepul lobster dari Janti – Jogjakarta. Kepada TROBOS ia mengaku, meski usahanya masih berjalan tetapi luasan lahan dan volume produksi seadanya. Fenomena ini tak hanya terjadi di Jogjakarta. Rame bisnis LAT beberapa waktu lalu hanya seumuran jagung.
Sugeng Widaryanto, pemilik Vizan Farm, Sawangan-Depok yang pernah budidaya LAT 2005 – 2009, membenarkan singkatnya masa keemasan LAT. Ia sempat mencicipi manisnya masa itu, ketika produksinya mencapai puncak di 2007 – 2008. “Per bulan produksi sekitar 1 kuintal atau 25 kg per minggu dengan harga jual Rp 125 ribu per kg,” sebut Sugeng. Padahal biaya produksi hanya Rp 40 ribu – 50 ribu per kg-nya saat itu.
Tetapi selewat itu, bisnis LAT meredup. Terakhir, menurut Sugeng hasilnya tidak sepadan, dan target omset tak terpenuhi kendati sudah mengoperasikan 2 farm di Sawangan dan di Bogor. Harga benih yang Rp 1.250 – Rp 2.500 tidak menguntungkan, “Akan menguntungkan kalau harganya di kisaran Rp 1.000 – Rp 1.250,” ujarnya. Dan yang paling memberatkan adalah soal lahan. Budidaya LAT, terutama untuk pembesaran memakan lahan yang lumayan luas. Karena lahan yang dimilikinya terbatas, ia pun kini lebih memilih budidaya ikan hias. “Tidak perlu lahan luas, dan hasilnya lebih bagus,” ia mengutarakan argumen.
Alasan ini pula yang antara lain menjadi sebab tidak berkembangnya bisnis LAT. Menurut Eko, kebanyakan pembudidaya waktu itu sebatas menghasilkan bibit dan induk. “Sebagian besar waktu itu hanya ikut-ikutan,” kisahnya. Karena tergiur harga yang tinggi sementara budidayanya tak menuntut lahan luas, cukup dengan akuarium. Latah ini tidak diimbangi dengan membangun budidaya pembesaran secara massal sebagai muara produksi bibit LAT. Dan alasan utamanya karena pembesaran membutuhkan kolam-kolam yang memakan tempat.
Belum Merakyat
Meski demikian peluang LAT diyakini masih terbuka, baik pasar domestik maupun internasional. Karena LAT diharapkan mampu menjadi komoditas pengganti (substitusi) lobster air laut yang ketersediaannya mengandalkan tangkapan nelayan. Sementara keberadaannya di alam semakin terbatas. Pemilik ILC Farm Tangerang, Fahdiansyah Rambe, mengatakan pasar sampai sekarang masih terus membutuhkan produk ini. “Komoditas ini masih dicari,” ucapnya.
Tetapi pemasaran LAT juga tidak mudah, masih ditemukan kesulitan. LAT bukanlah jenis pangan yang populer bagi kebanyakan konsumen. Sebagian kalangan masih menganggapnya sebagai komoditas baru. “Belum merakyat,” Fahdian mengistilahkan. Sehingga serapan pasar pun belum begitu banyak dan pelaku budidaya sebagai produsen masih harus mencari pasar yang terbatas tersebut. Pasar yang secara berkala rutin dapat menyerap masih terus dicari. Untuk masuk ke restoran menengah ke bawah, kaki lima atau warung tenda, lanjut Fahdian, masih sulit. Karena “barang baru”, pengusaha kuliner masih harus mempelajari terlebih dahulu menu LAT dan cita rasa yang akan disajikan.  “Dan yang pasti, pasar menengah ke bawah belum berani karena harga belum bersaing. Kalau harga LAT di bawah Rp 100 ribu per kg mungkin mereka berani,” ujarnya.
Menurut Fahdian, harga LAT saat ini bervariasi di kisaran Rp 90 ribu – Rp 150 ribu per kg, tergantung pasar yang dituju. Kalau bermain di pasar menengah ke atas harga bisa mencapai Rp 125 ribu bahkan maksimal Rp 150 ribu per kg nya. “Biasanya harga segitu untuk segmen hotel dan restoran dengan pemesanan yang rutin. Mereka berani ambil harga tinggi. Salah satunya misal LAT menggantikan daging sapi sebagai campuran olahan spaghetti,” ia menyebut contoh. Fahdian mengaku, salah satu pasar yang diandalkannya adalah memasok 30 – 40 kg LAT per minggu ke hotel di Jakarta dan Balikpapan dalam kondisi hidup.
Permintaan Tak Terpenuhi
Tetapi di sisi lain, fakta sebaliknya pun tersaji. Kebutuhan pihak-pihak tertentu dalam jumlah besar sampai sekarang belum mampu dipenuhi pembudidaya. Sebuah jurang fakta yang ironis. Dua titik saling membutuhkan tetapi tidak ketemu. Sebagian pembudidaya kesulitan mencari pasar, di sisi lain permintaan tinggi tidak terpenuhi.
Nico Kawara misalnya, pembudidaya LAT asal Candi Gebang – Sleman ini mengatakan, permintaan LAT dari Bali tiap bulannya 100 kg per bulan. Namun pihaknya tidak mampu memenuhi permintaan itu. “Belum lagi kalau menggarap permintaan ekspor ke Korea sebanyak 500 kg per bulannya. Belum bisa dipenuhi karena sampai hari ini kita sebatas bermain bibit saja,” ujarnya bernada sesal. Ia pun tak menampik, sudah waktunya pelaku, termasuk dia, memikirkan budidaya pembesaran.
Selama ini, lanjut Nico, untuk mencoba memenuhi order dari Korea itu ia berburu pasokan sampai ke Jawa Barat, Semarang, Medan, dan Padang. “Ternyata meskipun telah bertahun-tahun membudidayakan LAT, volume produksi mereka kecil-kecil. Sehingga dari 500 kg itu kita baru bisa memenuhi 50%,” kata penyandang gelar sarjana ekonomi bidang keuangan ini.
Senada dengan Nico, Cuncun Setiawan, Pemilik BFC (Bintaro Fish Center) Tangerang mengatakan permintaan ekspor dari Amerika Serikat untuk LAT dalam jumlah besar masih ada. Tetapi syarat dari pembeli, pasokan tidak boleh tanggung-tanggung. “Permasalahan utama, kita belum bisa suplai banyak karena produksi belum banyak,” setengah gregetan Cucun mengutarakan.
Namun Cuncun optimis pasar LAT akan terus berkembang. Bahkan bakal bisa merambah ke segmen menengah ke bawah dengan mengatur ukuran LAT untuk konsumsi. Apalagi lobster air laut produksinya semakin terbatas karena ditangkap terus dan tidak ada usaha budidaya. “Peluang LAT untuk mensubstitusi,” ujar Cuncun.
Kolam Karpet 
Menyoal lahan, Cuncun punya cara untuk menyiasati keterbatasan lahan di perkotaan. Menurut dia, pembuatan kolam dengan memanfaatkan karpet, terpal atau plastik bisa jadi pilihan. Dan sangat cocok untuk daerah yang jauh dari sungai. “Kolam karpet ini biayanya murah, hanya butuh sekitar Rp 3 juta per kolam. Biaya segitu untuk karpet 9 buah, lem dan upah tenaga kerja. Bandingkan dengan kolam yang dicor pakai semen, bisa mencapai Rp 30 juta,” jelas pria fokus di budidaya LAT sejak 2002 ini. Soal daya tahan, menurut Cuncun masa pakainya bisa cukup lama karena bahannya didesain tidak hancur meski kena panas dan hujan, terutama pada bagian yang terendam air. Sementara bagian yang terpapar sinar matahari tapi tidak terendam, relatif lebih cepat robek.
Tetapi, Cuncun juga menjelaskan, untuk tujuan pertumbuhan LAT yang pesat, kolam tanah adalah pilihan terbaik. Asal dinding tanah tidak merembes, kolam tanah produksinya lebih cepat, efisien, ekonomis dan mudah. “Jenis tanah  liat dengan sedikit berpasir biasanya mampu menahan air yang masuk. Kalau pasirnya banyak, air akan merembes,” jelasnya. Selain itu, tambah Cuncun, harus ada sumber air yang cukup banyak dan terus-menerus, misalnya sungai, untuk melawan air yang merembes.
Dimintai keterangannya, ahli LAT dari Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang, Fitria Nawir mengatakan pemeliharaan LAT pilihan jenis tempat pemeliharaan ini harus disesuaikan dengan  kebutuhan dan tujuan pemeliharaan. Bila LAT yang dipelihara untuk dijadikan sebagai lobster hias maka akan lebih baik berada di aquarium. Bila LAT untuk indukan sebaiknya dipelihara di kolam buatan seperti aquarium, bak semen maupun fiber karena lebih gampang dalam hal monitoring. “Kalau LAT untuk tujuan konsumsi sebaiknya dipelihara pada kolam tanah karena memiliki nilai pertumbuhan lebih cepat dibandingkan di kolam buatan,” ujarnya.
Selengkapnya baca di Majalah TROBOS edisi April 2010

3 komentar:

master togel mengatakan...

SALAM KENAL SEMUA,…!!! SAYA MAS JOKO WIDODO DI SURABAYA.
DEMI ALLAH INI CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI(ASLI)BUKAN REKAYASA!!!

Saya Sangat BerTerima kasih Atas Bantuan Angka Ritual AKI…Angka AKI KANJENG Tembus 100%…Saya udah kemana-mana mencari angka yang mantap selalu gak ada hasilnya…sampai- sampai hutang malah menumpuk…tanpa sengaja seorang teman lagi cari nomer jitu di internet…Kok ketemu alamat KI KANJENG..Saya coba beli Paket 2D ternyata Tembus…dan akhirnya saya pun membeli Paket 4D…Bagai di sambar Petir..Ternyata Angka Ritual Ghoib KI KANJENG…Tembus 4D…Baru kali ini saya mendapat angka ritual yang benar-benar Mantap…Bagi saudara yang ingin merubah Nasib anda seperti saya…Anda Bisa CALL/SMS Di Nomer KI KANJENG DI 085-320-279-333.(((Buktikan Aja Sendiri Saudara-Saudari)))

…TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA AKI KANJENG…

**** BELIAU MELAYANI SEPERTI: ***
1.PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR
2.UANG KEMBALI PECAHAN 100rb DAN 50rb
3.JUAL TUYUL MEMEK
4.ANGKA TOGEL GHOIB.DLL..

…=>AKI KANJENG<=…
>>>085-320-279-333<<<

Unknown mengatakan...

Menerima dalam jumlah besar LOBSTER AIR TAWAR size 15-20 ekor/kg. Cocok harga, langsung order hari ini. Tq (Anto JBL)

Unknown mengatakan...

LOBSTER AIR TAWAR 15/20, Saya terima jumlah besar dan kontinyu. Hub saya 082310582889

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India